Kini kita telah berada di bulan Syawal. Ramadhan meninggalkan kita. tidak ada kepastian apakah ditahun mendatang kita masih bisa berjumpa denganya, menggapai keutamaan-keutamaannya, memenuhi nuansa ibadah yang dibawanya, ataukah justru allah telah memanggil kita. Kita juga tidak pernah tahu dan tidak pernah mendapat kepastian apakah ibadah-ibadah kita selama bulan ramadhan diterimah oleh allah swt. atau tidak. Dua hal yang belum pasti inilah yang membuat sebagian besar ulama terdahulu berdoa selama enam bulan sejak syawal hingga rabiul awal agar ibadahnya selama bulan ramadhan diterimah, lalu dari rabiul awal hingga sya’ban berdoa agar dipertemukan dengan bulan ramadhan berikutnya.
Secara etimologi, arti kata syawal adalah peningkatan. hal itu merupakan target ibadah puasa. pasca ramadhan, diharapkan orang-orang yang beriman meraih derajat ketakwaan, seorang muslim yang terlahir kembali seperti kertas yang masih bersih. Sehingga dibulan syawal ini kwalitas keimannya mengalami peningkatan. Tidak hanya kwalitas ibadah tetapi juga kwalitas pribadinya, yang selama di bulan ramadhan dilatih secara lahir batin. Tentunya kita tidak ingin ibadah yang kita lakukan dengan susah payah di bulan suci tidak membuahkan apa-apa yang bermanfaat untuk diri kita. kita semua mengharapkan adanya perubahan yang signifikan, sekarang dan seterusnya. Menjadi orang-orang yang selalu taat dan patuh kepada allah swt. dan meninggalkan semua laranganya. Bukankah kemuliaan seseorang itu tergantung pada ketaqwaannya?
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌالحجرات
Artinya: Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu ialah orang yang paling bertaqwa. Qs. al-hujurat 13.
Akan tetapi, fenomena yang kita lihat dimasyarakat justru sebaliknya. Syawal, seakan-akan bulan yang ditunggu-tunggu agar terlepas dari belenggu dan bebas melakukan kegiatan apa saja seperti sediakala. Di antara indikatornya yang sangat jelas, adanya perayaan idul fitri dengan pesta atau dengan kegiatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keislaman, dibukanya kembali tempat-tempat hiburan yang sebulan sebelumnya ditutup. Kemaksiatan seperti itu justru langsung ramai sejak hari petama bulan syawal. Na’udzubillah! lalu setelah itu, masjid-masjid akan kembali sepi dari jamaah shalat lima waktu. Lantunan ayat suci al-Qur’an juga tidak lagi terdengar, yang ada justru umpatan, luapan emosional, dan kemarahan kembali membudaya. Bukankah ini seperti mengotori kain putih yang tadinya telah dicuci dengan bersih kembali penuh noda.
Apa yang terjadi sekarang ini juga menunjukkan kepada kita, bahwa ibadah puasa yang dijalankan selama sebulan penuh jelas gagal. karena tidak mampu mengantarkan seseorang meraih derajat ketakwaan dan mengubah menjadi muslim sejati yang menjadi tujuan utama puasa. Padahal banyak sekali pelajaran berharga yang bisa kita jadikan ukuran seberapa tinggi nilai prestasi ibadah kita. Kata para ulama keberhasilan seseorang dibulan ramadhan itu diukur dengan amal perbuatannya setelah bulan ramadhan. Orang yang berhasil mendapat ampunan dan mendapat pahala yang besar akan semakin rajin beribadah dan semakain baik akhlaqnya. sebaliknya orang yang tidak mendapatkan ampunan akhlaq perbuatannya tidak akan berubah bahkan mengalami kerugian di bulan ramadhan.
Banyak orang yang mengatakan, ketika kita masuk bulan syawal berarti kita menuju kemenangan dalam melawan hawa nafsu. kita dikatakan kembali suci. Namun, benarkah kita meraih kemenangan tersebut? Benarkah kita kembali suci setelah beribadah shaum sebulan penuh? Tentu saja, pertanyaan-pertanyaan tersebut kembali kepada diri kita, apakah selama bulan ramadhan kita betul-betul tulus dalam beribadah, apakah puasa yang kita jalankan betul-betul atas dasar iman dan semata-mata hanya mencari ridha allah? Jika kita tidak demikian, maka kita termasuk orang-orang yang gagal dalam meraih kemenangan bulan ramadhan.
Di bulan syawal ini, marilah kita intropeksi dan melakukan evaluasi terhadap nilai amal ibadah, dengan tujuan agar setelah ramadhan berlalu kita menjadi lebih baik dari pada sebelum ramadhan. Alangkah naifnya kita ini, sudah diberi kesempatan di bulan suci yang penuh ampunan dan rahmat, masih saja tidak berubah atau mungkin lebih parah. Hari ini harus lebih baik dari pada kemarin. Kegagalan masa lalu harus kita jadikan pelajaran berharga dan tidak akan kita ulangi lagi. Kita harus ingat peringatan rasulullah daam sabdanya yang artinya: Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka celakalah ia.
Kemudian apa yang mesti kita lakukan untuk memulai lembaran baru di bulan sawal ini? Berangkat dari kaidah umum dari hadits nabi tersebut, dan mengingat makna bulan syawal, maka yang harus kita adalah istiqamah yaitu menetapi agama allah dan berjalan lurus di atas ajarannya. Sebagaimana yang diperintahkan:
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Artinya: Maka istiqamahlah kamu, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia maha melihat apa yang kamu kerjakan. Qs. Hud 112.
Bentuk istiqamah dalam amal ibadah adalah dengan mengerjakannya secara terus-menerus. sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits nabi yang artinya: Sesungguhnya amal yang paling dicintai allah adalah yang terus menerus (kontinu) meskipun sedikit Hr. bukhari dan muslim.
Istiqamah berarti berpendirian teguh atas jalan yang lurus. Berpegang pada akidah islam dan melaksanakan syariat dengan teguh. Tidak mudah goyah dalam keadaan bagaimana pun. Sifat yang mulia ini menjadi tuntutan islam seperti yang diperintahkan oleh allah taala dan rasul-nya.
Katakanlah (Wahai Muhammad), “Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepada aku bahwa tuhan kamu hanyalah tuhan yang satu; maka hendaklah kamu teguh di atas jalan yang betul lurus (yang membawa kepada mencapai keredhaan-nya). (Qs. fushilat 6).
Istiqamah merupakan daya kekuatan yang diperlukaan sepanjang hayat manusia dalam melaksanakan tuntutan islam, mulai dari amalan hati, amalan lisan dan anggota tubuh badan. Jelasnya, segala amalan yang dapat dirumuskan dalam pengertian ibadah baik fardu ain atau fardu kifayah keduanya memerlukan istiqomah. Istiqamah juga merupakan sikap jati diri yang teguh dan tidak berubah oleh pengaruh apapun. Sikap ini akan memotifasi seseorang untuk terus berusaha dalam mencapai kesuksesan disegala bidang. Bidang agama, politik, ekonomi, pendidikan, penyelidikan, perusahaan dan perniagaan. dan lain-lain.
Istiqomah dalam meneguhkan iman dan melaksanakan kebajikan akan mendatangkana kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Seperti yang dinyatakan di dalam Al-Qur’an.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ
نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ
نُزُلًا مِّنْ غَفُورٍ رَّحِيمٍ
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang menegaskan keyakinan dengan berkata, ” tuhan kami ialah allah”, kemudia mereka tetap teguh di atas jalan yang betul, akan turunlah malaikat kepada mereka dari semasa ke semasa (dengan memberi ilham), “janganlah kamu bimbang (dari berlakunya kejadian yang tidak baik terhadap kamu) dan janganlah kamu berduka cita, dan terimahlah berita gembira bahwa kamu akan beroleh surga yang telah dijanjikan kepada kamu.
Jika demikian halnya maka amal-amal yang telah kita biasakan dibulan ramadhan, hendaknya tetap dipertahankan selama bulan syawal dan bulan-bulan berikutnya. Membaca A-Qur’an setiap hari, shalat malam yang sebelumnya kita lakukan dengan tarawih, di bulan syawal ini hendaknya kita tidak meninggalkan shalat tahajud dan witirnya. Infaq dan shadaqah yang telah kita lakukan juga kita pertahankan. Demikian pula nilai-nilai keimanan yang tumbuh kuat di bulan ramadhan. Kita tak takut lapar dan sakit karena kita bergantung pada allah selama puasa ramadhan. Kita tidak memerlukan pengawasan siapapun untuk memastikan puasa kita berlangsung tanpa adanya hal yang membatalkan sebab kita yakin akan pengawasan allah (ma’iyatullah). Kita juga dibiasakan berlaku ikhlas dalam puasa tanpa perlu mengumumkan puasa kita pada siapapun. Nilai keimanan yang meliputi keyakinan, maiyatullah, keikhlasan, dan lainnya ini hendaknya tetap ada dalam bulan syawal dan seterusnya. Bukan malah menipis kemudian hilang seketika!
Memang tidak banyak amal khusus di bulan syawal dibandingkan bulan-bulan lainnya. Akan tetapi, allah telah memberikan kesempatan berupa satu amal khusus di bulan ini berupa puasa syawal. Ini juga biasa dimaknai sebagai tolok ukur dalam rangka meningkatkan ibadah dan kualitas diri kita di bulan syawal ini. Dan keistimewaan puasa sunnah ini adalah, kita akan diganjar dengan pahala satu tahun jika kita mengerjakan puasa enam hari di bulan ini setelah sebulan penuh kita berpuasa ramadhan.
Rasulullah saw. bersabda: yang artinya Barang siapa berpuasa di bulan ramadhan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan syawal, maka ia seperti berpuasa setahun. (HR. Muslim)
Bagaimana pelaksanaannya? Apakah puasa syawal harus dilakukan secara berurutan atau boleh tidak? Sayyid sabiq di dalam fiqih sunnah menjelaskan bahwa menurut pendapat iman ahmad, puasa syawal boleh dilakukan secara berurutan, boleh pula tidak berurutan. Dan tidak ada keutamaan cara pertama atas cara kedua. Sedangkan menurut madzhab syafi’i dan hanafi, puasa syawal lebih utama dilaksanakan secara berurutan sejak tanggal 2 syawal hingga 7 syawal. Lebih utama. Jadi, tidak ada madzhab yang tidak membolehkan puasa syawal di hari selain tanggal 2 sampai 7, selama masih di bulan syawal. Ini artinya, bagi kita yang belum melaksanakan puasa syawal, masih ada kesempatan untuk mengerjakannya. Akan tetapi, hendaknya kita tidak berpuasa khusus di hari jum’at tanpa mengiringinya di hari kamis atau sabtu karena adanya larangan rasulullah yang juga di riwayatkan oleh ibnu majah dan dinilai shahih oleh al-albani.
Demikianlah yang biasa saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga menjadi spirit bagi kita semua untuk lebih meningkatkan mutu ibadah, baik ibadah spiritual maupun ibadah sosial. Kita memohon kepada allah, semoga keberkahan ramadhan terus menyertai kita, meskipun kita telah meninggalkannya. Amin.