PGMI UNISKA: PEMBELAJARAN TAHFIDZH AL- QUR’AN ANAK SUPERAKTIF

Berita

Dosen Pendidikan Guru MI Fakultas Studi Islam Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari, Muhammad Iqbal Ansari dan Sari Kumala, dengan melibatkan mahasiswa atas nama Munawarah dan Saudah melakukan penelitian yang berjudul PEMBELAJARAN TAHFIDZH AL- QUR’AN ANAK SUPERAKTIF.

Pemerintah Indonesia berupaya mewujudkan UUD 1945 Pasal 32 ayat (1) yang menegaskan bahwa setiap warga berhak mendapatkan pendidikan, serta implementasi dari Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 Pasal 3 ayat 1 yang bertujuan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Artinya setiap lembaga pendidikan harus siap menerima peserta didik dengan berbagai karakter dan tingkah laku, tidak terkecuali bagi lembaga pendidikan Al-Qur’an.

Di RTQ Al-Azhar Al Syarif terdapat seorang peserta didik yang superaktif, namun memiliki keistimewaan, yaitu mampu menyambung suatu ayat Al-Qur’an dari juz 29 dan 30 yang dibacakan dengan lancar. Bahkan dia mampu menyebutkan nama surah berikut dengan nomor ayatnya. Padahal normalnya, peserta didik hanya mampu menyambung suatu ayat dan menebak surah saja. Kasus ini menarik untuk diteliti, di mana seorang anak yang berperilaku superaktif memiliki keistimewaan yang sangat luar biasa. Sehingga peneliti melakukakan penelitian untuk mendapatkan gambaran pembelajaran Tahfidzh Al-Qur’an bagi Anak Berperilaku Superaktif di RTQ Al Azhar Al Syarif Manarap. Baik di sekolah maupun di rumah, dengan menggunakan jenis penelitian Studi Kasus Prospektif.

Peneliti menggunakan triangulasi sumber dan teknik untuk memperoleh keabsahan data. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa peran orang tua dalam pembelajaran tahfidz Al-Qur’an pada anak superaktif tergolong kepada empat yaitu: orang tua sebagai Pendidik, Pembimbing, Motivator, Fasilitator. Faktor pendukung, adanya dukungan dari keluarga, lingkungan, dan ekonomi, sedangkan faktor penghambatnya adalah pengawasan yang harus ekstra dan suasana hati anak yang tidak terduga.